Kamis, 25 Juni 2015

Inflasi Hongaria

HONGARIA

1.      Sejarah

Para Republik Hongaria (dalam bahasa Hungaria, Magyar K ZT rsas g) adalah Eropa tengah negara yang merupakan bagian dari Uni Eropa yang mata uangnya adalah Forint (UE). Ini perbatasan Austria, Slowakia, Ukraina, Rumania, Serbia, Kroasia dan Slovenia. Hal ini secara lokal disebut Tanah Magyar atau Magyarorsz g. Seiring dengan Polandia, Slovakia dan Republik Ceko, seorang anggota dari kelompok negara-negara Visegrad.
Bangsa Magyar (Hongaria disebut di kebanyakan negara Barat) adalah orang-orang diatur dalam sebuah kerajaan, fitur pengembara dari dataran Asia Barat, sampai emigrasi ke Eropa Tengah pada akhir abad kesembilan, ketika mereka menetap di Hongaria sekarang. Ini perjalanan panjang dan hubungan dengan Hun tentang yang dijelaskan dalam berbagai cara dan dalam berbagai legenda, seperti saudara 'Hunor dan Magor. Hongaria dimulai dari era sebelum Magyar sampai era Hongaria Modern. Dimulai dengan kedatangan bangsa Magyar yang merupakan bangsa nomaden. Setelah itu, Hongaria memasuki era Hongaria Pertengahan (896 - 1526), lalu memasuki zaman modern awal, revolusi 1848, dibentuknya Austria-HongariaPerang Dunia I dan Perang Dunia II, era komunis, revolusi Hongaria dan Hongaria modern saat ini.
Hongaria mengalami masa-masa sulit pada 1241 M, ketika Mongol menyerbu Eropa Timur dari Asia Tengah. Mongool menyerang dengan senjata baru: bubuk mesiu dari Cina. Kehebatan pasukan Mongol berhasil membuat Polanda, Rusia, dan Hongaria taklluk dan dikuasai oleh Kekaisaran Mongol. Ribuan orang mati dalam peperangan melawan Mongol. Selama lima puluh berikutnya, bangsa Hongaria harus bekerja keras memeprtahankan diri menghadapi serbuan-serbuan Mongol. Untuk memperoleh lebih banyak tenaga, sekaligus uang, para raja Hongaria menyeru orang Yahudi di seluruh Eropa untuk berpindah ke Hongaria.

2.      Inflasi

Inflasi terbesar pertama terjadi di Hongaria pada Agustus 1945 sampai Juli 1946. Tingkat inflasi harian di negara ini mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 jam. Ekonomi Honggaria hancur oleh Perang Dunia II. Karena status sebagai warzone, diperkirakan 40 % dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik. Sebelum ini, negara ini telah berutang besar untuk memproduksi ahan bakar  untuk mendukung upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan barang.

Ketika Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25%-50 % dari anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini. Sementara itu, kebijakan moneter negara pada dasarnya dikooptasi oleh Komisi Pengawasan Sekutu.

3.      Cara Mengatasi Inflasi

Cara mengatasi inflasi, diantaranya:
1.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
·         Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat.
·         Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.
·         Peningkatan cash ratio: Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

2.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
·         Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
·         Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.

3.      Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
·         Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
·         Menekan tingkat upah. tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
·         Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
·         Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
·         Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
·         Penurunan nilai uang
·         Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
·         Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
·         Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.
·         Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.


Sumber:


Jumat, 29 Mei 2015

Coca Cola



Semua orang pasti sudah pernah mencicipi minuman ringan yang satu ini, coca-cola saat ini telah diminum hampir 900 juta orang tiap harinya. Berikut ini cerita sejarah/biografi singkat berdirinya Coca-cola. Diciptakan pertama kali di bulan Mei 1886, oleh Dr. John S. Pemberton di Atlanta, Georgia. Nama "Coca-Cola" sebenarnya merupakan ide dari Frank Robinson,
yang menjadi pemegang pembukuan Dr. Pemberton, yang kemudian menggambarkannya dalam bentuk teks script yang melayang, yang menjadi sangat terkenal hingga saat ini. Nama Coca-Cola sendiri sebenarnya berasal dari campuran bahan minuman tersebut yaitu stimulant cocaine, yang dicampur dengan kola nuts (yang merupakan bahan caffeine). Percaya atau tidak, awalnya Dr. Pemberton mengklaim bahwa Coca-Cola dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk morphine addiction, dyspepsia, neurasthenia, sakit kepala, dan impotensi dan dijual seharga 5cent per gelar. Pemberton terinspirasi atas kesuksesan cocawine Perancis Vin Mariani, yang dibuat oleh Angelo Mariani.
Penjualan pertama dilakukan di Atlanta, Georgia di sebuah farmasi bernama Jacob Pharmacy pada tanggal 7 Mei 188, dan dalam delapan bulan pertama, terjual sebanyak sembilan minuman setiap harinya. Dr. Pemberton memasang iklan pertama kali pada tanggal 29 Mei di Jurnal Atlanta untuk produk minuman. Total penjualan yang berhasil dilakukan oleh Dr. Pemberton pada tahun pertama sebanyak $50, namun pengeluaran pada tahun tersebut mencapai $70, sehingga mengalami kerugian saat itu. Kini, produk Coca-Cola dikonsumsi lebih dari 834 juta per hari.
Tahun 1887, Dr. Pemberton menjual sebagian saham perusahaannya kepada Asa Griggs Candler, yang menjadikannya sebagai sebuah perusahaan berbadanhukum Coca Cola Corporation di tahun 1888. Di tahun yang sama, Pemberton menjual sahamnya kedua kalinya kepada tiga orang pebisnis, yaitu J.C. Mayfield, A.O. Murphey, dan E.H. Bloodworth. Sementara itu, anak Dr. Pemberton, yaitu Charley Pemberton mulai menjual minuman buatannya sendiri. Hingga pada saat itu, ada tiga macam produk Coca- Cola, yang dijual oleh tiga perusahaan yang berbeda, berada di pasaran.
Di tahun 1891, Asa Candler yang merupakan pemilik dari bisnis Coca-Cola yang telah dijalankannya selama lima tahun, berhasil mendapatkan $2.300, kemudian sempat mencoba beberapa jenis produk lainnya, namun kemudian menghentikan serta memfokuskan diri sepenuhnya pada minuman yang berhasil membuatnya menjadi seorang pebisnis yang sukses. Candler mendaftarkan trademark "Coca-Cola" pada kantor paten Amerika dan membayar dividen pertamnya sebanyak $20 di tahun 1893. Candler secara pribadi selalu melibatkan diri dalam proses pencampuran setiap tetes sirup yang dibuatnya. Formula rahasia tersebut dikenal dengan sebutan "7X", dan hanya diketahui oleh beberapa rekanan yang sangat dipercaya. Dalam waktu tiga tahun kemudian, seiring dengan perkembangan dunia periklanan dan promosi saat itu, seperti penggunaan souvenir, kalender yang menampilkan gambar perempuan muda dan tidak terhitung berbagai hal yang baru, Coca-Cola berhasil menembus ke setiap negara bagian Amerika Serikat. Logo Coca-Cola menyebar dan dapat ditemukan di seluruh penjuru dinding di Amerika, yang bila dihitung secara kasar mencapai 2,5 juta kaki persegi. Candler berhasil membuat masyarakat untuk mencoba minumannya dan mereka membelinya. Sejarah membuktikan bahwa apa yang dilakukannya benar yaitu dengan membentuk persepsi bahwa minumannya lebih dari sekadar suatu minuman bersoda.
Pada saat itu juga, sebuah toko permen di Mississippi yang terkesan dengan besarnya permintaan terhadap minuman ini, mencoba membotolkan dan menaruhnya di depan tokonya. Idenya adalah seharusnya masyarakat bisa membawa minuman penyegar kemanapun mereka pergi. Tahun 1899, pembotolan skala besar dilakukan oleh dua orang Chattanooga, entrepreneur dari Tennesse, yang membeli hak untuk membotolkannya (seharga satu dollar) dan menjual Coca-Cola di seluruh Amerika Serikat. Apa yang dilakukan ini menjadi pelopor dari suatu jaringan produksi dan distribusi terbesar di seluruh dunia.
Tulisan Coca-Cola (spencerian script), biasanya disertai dengan kata "drink", mulai memenuhi sisi-sisi berbagai bangunan dan gudang di seluruh Georgia, segera setelah Coca-Cola Company terbentuk. Di tahun 1960an, saat dunia periklanan berubah dan arti lain dari periklanan mulai bermunculan, Coca-Cola pun mulai bergerak ke penggunaan metode-metode promosi yang lebih modern hingga kini.

Coke
Pada bulan April 1985, Coca-Cola Corporation meluncurkan sebuah minuman yang direformulasikan, disebut dengan New Coke dengan suatu usaha pemasaran yang sangat intens untuk mengenalkannya.
New Coke hampir menjadi suatu kesalahan fatal dari suatu program pemasaran. Publik ternyata tidak menyukai formula baru tersebut dan menjadi tendangan yang sangat keras, sehingga perusahaan akhirnya memutuskan untuk kembali meluncurkan Coca-Cola dengan formula orisinalnya pada bulan Juli 1985 dengan bendera "Coca-Cola Classic." Tahun 1986, pasar New Coke hanya 3%; dan di tahun 1998, hampir tidak dapat ditemukan lagi di pasaran. Setelah itu pula, tulisan "classic" yang menyertai Coca-Cola mulai dihilangkan dari kemasan minuman yang kembali dalam rasa yang aslinya.


Negara yang Menjadi Tempat Pendistribusian Coca Cola
Coca-Cola pertama kali hadir di Indonesia sekitar tahun 1927, ketika Netherland Indische Mineral Water Fabrieck (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkan untuk pertama kalinya di Batavia (Jakarta). Produksi Coca-Cola lumpuh pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945) tetapi tepat sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, pabrik tersebut beroperasi dibawah nama The Indonesia Bottles Ltd Nv (IBL) dengan status perusahaan nasional.
Pada tahun 1971, dengan pertambahan mitra usaha dan modal didirikannya pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT. The Jaya Beverages Bottling Company. Tercatat sampai saat ini 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai provinsi di Indonesia, berturut-turut berdasarkan tahun pendiriannya adalah Jakarta (1971), Medan (1973), Surabaya (1976), Semarang (1976), Ujung pandang (1981), Bandung (1983), Padang (1985), Bali (1985), Manado (1985), Banjarmasin (1981), dan Lampung (1995).
Pada tahun 2000, tiga perusahaan baru Coca-Cola di Indonesia didirikan, yaitu PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI), PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) dan PT. Coca-Cola Distribution Indonesia (CCDI).

Sumber: Ref:http://adverdreams.blogspot.com/2009/07/sejarah-coca-cola.html

   http://wapedia.mobi/id/Coca-cola


Kamis, 23 April 2015

PERTAHANAN POLITIK DAN MULTI STAKEHOLDER GOVERNANCE

Great Depression

Dalam ekonomi makro, resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse). Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: “sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan.”
Peristiwa Great Depression adalah jatuhnya pasar saham. Antara bulan September 1929 dan Juni 1932, pasar saham jatuh sebesar 85 persen, yang berarti saham-saham seharga $1.000 di masa puncak pasar saham tinggal seharga $150 di masa sulit pasar di tahun 1932. Depresi dan jatuhnya pasar saham banyak dianggap sebagai hal yang sama. Kenyataannya, perekonomian mulai menurun pada bulan Agustus 1929, sebelum pasar saham runtuh, dan terus turun hingga 1933. Antara tahun 1929 dan tahun 1932, PNB jatuh hingga hampir 30 persen dan tingkat pengangguran naik dari 3 ke 25 persen. Hingga awal 1931, perekonomian menderita akibat adanya depresi yang amat parah, tetapi itu bukanlah satu-satunya pengalaman yang terjadi pada abad yang lalu. Pada periode sejak awal 1931 hingga Franklin Roosevelt menjadi presiden di bulan Maret 1933 depresi tersebut menjadi “Great”. Hal yang utama, Great Depression diingat karena dampak pengangguran massalnya. Selama 10 tahun, dari 1931 hingga 1940, tingkat pengangguran rata-rata 18,8 persen, bergerak antara 14,3 persen di tahun 1937 dan 24,9 persen di tahun 1933. Sebaliknya, tertinggi pada masa pasca Perang Dunia II, terjadi pada tahun 1982, hanya di bawah 11 persen. Investasi kolaps saat Great Depression; sesungguhnya, investasi neto negatif dari tahun 1931 hingga 1935. Indeks harga konsumen turun hampir 25 persen dari tahun 1929 hingga 1933.
Mungkin inilah krisis keuangan (crash) terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Crash ini telah memicu terjadinya depresi yang berkepanjangan. Pecahnya bubble yang menandai berakhirnya masa kemakmuran era 1920-an memberikan konsekuensi yang sangat berat bagi rakyat AS. Crash ini tidak hanya membawa korban dari kalangan investor di bursa saham semata, namun masyarakat AS pada umumnya turut menjadi korban. Saat depresi dimulai, sedikitnya jumlah pekerjaan yang tersedia serta sedikitnya jumlah uang yang dimiliki menjadi permasalahan yang menyebar ke seluruh pelosok negeri. Ribuan keluarga kehilangan rumahnya dan bergantung pada kebaikan hati sanak keluarga mereka yang lain. Perubahan sosial yang terjadi sangat besar dan berlangsung sangat lama. Salah satu dampak sosial dari krisis tersebut adalah perubahan struktur peranan masing-masing anggota keluarga. Pandangan tradisional bahwa hanya laki-laki yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga menjadi berubah karena sangat sulit untuk mencari lapangan perkerjaan. Istri dan anak-anak pun terpaksa bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan peran ini menyebabkan kerusakan keluarga sehingga mereka menjadi bingung dan frustasi. Banyak sekali pasangan suami-istri yang bercerai. Anak-anak dititipkan ke sanak famili sedangkan ayah dan ibunya bekerja mencari nafkah.

Aspek Internasional
Great Depression secara virtual terjadi di seluruh dunia. Dilihat lebih luas, ini merupakan akibat dari kolapsnya sistem keuangan internasional. Hal itu juga disebabkan dari adopsi mutual oleh banyak negara ( termasuk Amerika Serikat ) mengenai kebijakan tarif tinggi, yang dimaksudkan untuk menolak barang luar negeri agar dapat melindungi produsen domestik.
Kebijakan itu dikenal sebagai strategi ”beggar-thy-neighbor” karena berusaha “mengekspor” pengangguran dengan meningkatkan posisi dagang satu negara sehingga permintaan atas barang-barangnya menjadi beban mitra daganganya. Dan, tentu jika setiap negara menghalangi barang asing masuk, volume perdagangan menurun, memberikan pengaruh kontraksioner pada perekonomian dunia. merekam penurunan produksi dunia dan dalam perdagangan internasional.
Hampir semua negara menderita depresi yang dalam ditahun 1930-an, namun beberapa negara berada dalam kondisi lebih baik dari Amerika Serikat. Swedia memulai kebijakan ekspansioner di awal tahun 1930-an dan mengurangi tingkat penganggurannya dengan cepat pada pertengahan kedua dekade itu. Perekonomian Inggris menderita tingkat pengangguran yang tinggi di tahun 1920-an dan 1930-an. Di tahun 1931, Inggris meninggalkan standar emas dilanjutkan dengan mendevaluasi poundsterling dan melakukan beberapa improvisasi. Jerman tumbuh dengan cepat setelah Hitler berkuasa dan meningkatkan belanja pemerintah. Cina lolos dari depresi hingga setelah tahun 1931 secara esensial karena memiliki sistem nilai tukar mengambang.
Di tahun 1939, PNB riil di Amerika Serikat naik melebihi tingkat tahun 1929 untuk pertama kalinya dalam dekade tersebut. Tetapi berhenti pada tahun 1942, setelah Amerika Serikat secara formal terlibat dalam Perang Dunia II, dimana tingkat pengangguaran akhirnya turun dibawah 5 persen.

Dampak pada Perekonomian Secara Keseluruhan
Krisis keuangan global terus menjadi pukulan hebat bagi kebanyakan perusahaan. Kemerosotan ekonomi awal, yang terburuk sejak Depresi Besar, telah mempengaruhi hampir semua sektor ekonomi. Berdasarkan hasil survei, timbul pertanyaan bahwa, "sesiap apakah atau bagaimanakah kesiapan perusahaan anda dalam menghadapi perubahan di lingkungan ekonomi global mulai 18 bulan yang lalu? hanya satu responden menunjukkan "Benar-benar siap." Hanya 22 persen dari responden menyatakan bahwa organisasi mereka setidaknya agak siap untuk penurunan. Sebaliknya 32 persen responden menunjukkan bahwa organisasi-organisasi mereka secara substansial atau sama sekali tidak siap. Seluruh responden, paling tidak perubahan yang diharapkan adalah kecepatan, tingkat keparahan dan durasi penurunan.
Responden survei kami bertanya apa yang akan mereka lakukan secara berbeda dalam krisis masa depan didasarkan pada pengalaman organisasi mereka selama paling baru siklus perencanaan strategis. Daerah yang paling sering dikutip perbaikan meliputi Memperkuat pemikiran strategis tempat lebih menekankan pada skenario perencanaan, analisis tren dan klien / pasar mendengarkan. Institut siklus perencanaan strategis: membuat proses lebih teratur dan penting dalam organisasi. Membuat sambungan ke sumber daya yang lebih kuat alokasi: memastikan bahwa rencana strategis mengalokasikan sumber daya dan menyambung ke anggaran. Meningkatkan keterlibatan kepemimpinan yang lebih visibilitas dan keterlibatan langsung dalam proses perencanaan strategis oleh para pemimpin senior. Kesempatan untuk perbaikan mereka menyebutkan konsisten dengan temuan kami yang lebih umum. penurunan menyarankan bahwa organisasi akan mendapat manfaat dari alat-alat yang dapat membantu organisasi untuk membaca sinyal lingkungan tentang tren masa depan. Selain itu, perencanaan yang menghubungkan langsung ke sumber daya dan tolok ukur kinerja, dan memiliki kepemimpinan yang lebih langsung terlibat dalam proses diterima dengan baik cara-cara untuk mendorong sebuah organisasi pelukan perencanaan strategis.

Kebijakan Pasca Great Deperession
Kejatuhan persediaan uang merupakan sebagian akibat dari kegagalan bank-bank berskala besar. Bank mengalami kegagalan karena mereka tidak dapat memiliki cadangan yang cukup guna memenuhi penarikan tunai nasabahnya., dan dalam kesulitan itu mereka memakan depositnya sehingga mengurangi persediaan uang. Tetapi kegagalan menjadi lebih parah dari kurangnya persediaan uang, karena mereka menjadi kehilangan kepercayaan dari sebagian depositor dan meningkatkan rasio mata uang-deposito yang dibutuhkan. Lebih jauh lagi, bank yang belum mengalami kegagalan bersiap-siap dari kemungkinan terjadinya bank run dengan meningkatkan cadangan relatif terhadap depositnya.
Kenaikan rasio mata uang-deposit dan rasio cadangan-deposit mengurangi pengganda uang (money multiplier) sehingga dengan cepat jumlah uang beredar mengalami kontraksi.
The Fred mengambil langkah untuk menangani kejatuhan jumlah uang beredar. Selama beberapa bulan di tahun 1923 the Fred menjalankan program pembelian pasar terbuka, tetapi disisi lain The Fed setuju menutup bank-bank dan tentu gagal bertindak dengan semangat mencegah kolapsnya sistem keuangan. Kebijakan fiskal juga lemah. Keinginan para politikus untuk menyeimbangkan anggaran cukup menyulitkan, dan kandidat-kandidat presiden mengkampanyekan adanya program anggaran berimbang. Keyakinan menyeimbangkan anggaran lebih dari sekedar retorika, apapun, karena pemerintah negara bagian dan daerah meningkatkan pajak untuk menutupi pengeluaran mereka, seperti yang dilakukan oleh pemerintah federal, khususnya di tahun 1932 dan 1933. Presiden Roosevelt mencoba dengan serius menyeimbangkan anggaran bukan Keynesian. Surplus full employment menunjukkan kebijakan fiskal (gabungan pemerintah negara bagian, daerah, dan federal) paling ekspansioner di tahun 1931 dan bergerak ke tingkat kontraksioner dari tahun 1932 hingga 1934. Faktanya, surplus full employment enjadi positif di tahun 1933 dan 1934, meskipun terjadi defisit aktual. Tentu, konsep surplus full employment belum diperkenalkan di tahun 1930-an. Aktivitas ekonomi mengalami pemulihan pada periode dari 1933 hingga 1937, dengan kebijakan fiskal yang menjadi lebih ekspansioner dan persediaan uang tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan persediaan uang berdasarkan pada arus masuk emas dari Eropa. Hal ini menyebabkan tersedianya uang berdaya tinggi (high-powered money) untuk sistem moneter. Dan di tahun 1930-an itu the Fed memiliki cadangan emas paling besar.

 Pengaruh Langsung terhadap Perekonomian Indonesia
Krisis moneter di Amerika Serikat kali ini menumbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.
Dampak pertama adalah bahwa bank tidak percaya pada bank lain yang minta kredit kepadanya melalui pembelian surat berharganya. Ini berarti bahwa bank-bank yang tadinya memperoleh likuiditas dari sesama bank menjadi kekeringan likuiditas, sedangkan bank-bank yang termasuk kategori investment bank atau hedge fund tidak mendapatkan uangnya dari penabung individual, tetapi dari bank-bank komersial atau sesama investment bank atau sesama hedge funds. Jadi dampak pertama adalah kekeringan likuiditas.
Dampak kedua adalah bahwa bank yang menagih piutangnya yang sudah jatuh tempo tidak memperoleh haknya, karena bank yang diutanginya tidak mampu membayarnya tepat waktu, karena pengutang utamanya, yaitu individu yang membeli rumah-rumah di atas batas kemampuannya memang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dengan sadar memberikan kredit rumah kepada orang yang tidak mampu. Itulah sebabnya namanya subprime mortgage. Sub artinya di bawah. Prime artinya prima atau bonafid. Jadi dengan sadar memang memberikan kredit rumah kepada orang-orang yang tidak bonafid atau tidak layak memperoleh kredit. Bahwa kepada mereka toh diberikan, bahkan berlebihan, karena adanya praktek yang disebut sliced and diced tadi. Dampak kedua ini, yaitu bank-bank gagal bayar kepada sesama bank mengakibatkan terjadinya rush oleh bank-bank pemberi kredit, antara lain kepada Lehman Brothers. Maka Lehman musnah dalam waktu 24 jam.

KESIMPULAN
Peristiwa Great Depression adalah jatuhnya pasar saham. Antara bulan September 1929 dan Juni 1932, pasar saham jatuh sebesar 85 persen, yang berarti saham-saham seharga $1.000 di masa puncak pasar saham tinggal seharga $150 di masa sulit pasar di tahun 1932. Depresi dan jatuhnya pasar saham banyak dianggap sebagai hal yang sama.
Great Depression yang terjadi pada tahun 1929 yang berdampak terhadap perekonomian di seluruh dunia, menjadi satu bukti bahwa sistem kapitalis yang selama ini menjadi lokomotif pergerakan eknomi dunia, sudah dinilai gagal dalam menicptakan tatanan ekonomi dunia baru yang lebih adil, seimbang dan mampu memberikan kesejahteraan bagi penduduk bumi. Dan menurut sistem ekonomi islam untuk menuju sistem ekonomi dan keuangan yang kuat adalah dengan segera membangun system ekonomi dan keuangan Islam yang terintegrasi. Baik perbankan, pasar modal dan institusi keuangan syariah lainnya, dan perdagangan barang dan jasa. Kita membutuhkan penguatan pendanaan dan peran Islamic Development Bank (IDB), sebagai World Bank-nya dunia Islam. Selain itu kita juga membutuhkan Dana Moneter Islam Internasional (semacam IMF), yang skema pembiayaanya bebas bunga. Dengan demikian integrasi sistem perekonomian akan semakin kokoh.


Kamis, 19 Maret 2015

Akuntansi Internasional # (Soal dan Jawaban Kurs Jual dan Kurs Beli)

Nama: M. Tutur Faturahman
Kelas: 4EB25
NPM: 29211148

KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA
19 Maret 2015 




 1.   Tn. tono mempunyai uang Dollar amerika sebesar USD 80.000, ia ingin menukarnya dengan uang Rupiah, berapa rupiah kah uang yang diperoleh Tn. Tono?

Jawab : USD 80.000  x  12.943 (kurs beli)  = RP 1.035.440.000
Jadi, uang yang diterima oleh Tuan Angga adalah Rp 1.035.440.000

2.  Mr. indra  ingin membeli rumah di Kanada dengan harga CAD 65.000, ia mempunyai uang tabungan sebesar USD 80.000, berapa USD kah sisa uang Mr. indra?

Jawab :  USD 80.000 x 12.943(kurs beli) = Rp 1.035.440.000
              CAD 65.000 x 10.303,30 (kurs beli) = RP 669.714.500
        Rp 1,035.440.000 – Rp 669.714.500 = Rp 365.725.500
        Rp  365.725.500 : USD 13.073 (kurs jual) = USD 27.975,63
Jadi sisa USD yang Mr. indra miliki adalah sebesar USD 27.975,63

3.  Tn. Tutur mempunyai uang sebesar Rp 100.000.000 ia ingin berlibur ke hongkong, berapa HKD yang  Tn. Tutur dapat  tukarkan ?

Jawab : Rp 100.000.000  : 1.685,47 (kurs jual) = HKD 59.330,63
Jadi, uang dapat Nona Stephany tukarkan adalah sebesar HKD 59.330,63

4. Mr. bejo mendapat kerugian atas usahanya yang berada di Canada sebesar 200 Dolar Kanada. Berapa Rupiah kerugian yang diderita Mr. bejo?
Jawab : CAD $200 x 10.410,10 (Kurs Jual) = Rp 2.082.020
Jadi, kerugian yang diderita Mr. bejo adalah Rp 2.082.020

5.  Tn usep mengimport kurma dari Arab sebesar 10.500 Riyal. Berapa dolar hongkong yang harus dibayar Tn usep? 
Jawab : SAR10.500 x 3.485,76 (Kurs Jual)       = Rp 36.600.480
 Rp 36.600.480/ 1.685,47 (Kurs Jual) = HKD 21.715,296
Jadi yang harus Tn. Usep bayar adalah HKD 21.715,296

6.  Faturahman mengimpor mobil dari Australia dengan harga AUD 80.000. Berapa GBP yang harus dibayar faturahman ? 
Jawab : AUD 80.000 x 10.159,03 (Kurs Jual) = Rp 812.722.400
             Rp 812.722.400 / 19.529,75 (Kurs Jual) = GBP 41.614,58
Jadi yang harus dibayar faturahman adalah GBP 41.614,58

7. Tn muhammad mengimpor mobil dari Amerika dengan harga USD $63.000. Berapa EUR yang harus dibayar  Tn muhammad?
Jawab : USD $63.000 x 13.073 (Kurs Jual)              = Rp 823.599.000
              Rp 823.599.000/ EUR14.169,82 (Kurs Jual)  = EUR 58.123,46
Jadi yang harus dibayar oleh Tn Muhammad adalah EUR 58.123,46

8. Tn ikup ingin membuka usaha dibidang Impor jacket dari Thailand. Ia membutuhkan THB 200.000 untuk modal usahanya. Berapa rupiah yang harus ia siapkan ?
Jawab : THB 200.000 x 399,54 (Kurs Jual) = Rp. 39.954.000
Jadi yang harus disiapkan untuk modal usaha Tn ikup adalah Rp. 39.954.000

9.  Tn bolot menderita sakit keras, ia harus segera dibawa ke USD untuk berobat. Sedangkan biaya berobat yang harus dikeluarkan sebesar USD 50.000, ia mempunyai tabungan Rp 850.000.000. berapa Rupiah sisa uang tabungan Tn bolot ?
Jawab: Tabungan yang dimiliki = Rp. 850.000.000
USD50.000 × 13.073 (Kurs Jual) = Rp. 653.650.000
Rp. 850.000.000 – Rp. 653.650.000 = Rp. 196.350.000
Jadi, sisa uang tabungan Tn bolot sebesar Rp. 196.350.000

10. fanny ingin berlibur ke USD ia membutuhkan $ 6000, sebelum berangkat ke amerika ia menukarkan uangnya ke money changer. Berapa Rupiahkah yang ia harus keluarkah?
Jawab: $ 6000 ×13.073  (K urs Jual) = Rp 78.438.000
Jadi, uang yang dibutuhkan fanny adalah sebesar Rp 78.438.000


Sumber :